Sejak bangun tidur kita sudah membuat berbagai keputusan sampai kita tidur lagi. Sejak kecil kita sudah membuat keputusan sampai ajal menjemput kita. Hidup adalah serangkaian pembuatan keputusan. Anehnya, ada yang sulit membuat keputusan. Celakanya, entah kita sebagai L, M, ataupun E, pembuatan keputusan sangat penting.
Pembuatan keputusan selalu ada buntutnya : konsekwensi. Pembuat keputusan dituntut untuk mempertanggung jawabkan keputusannya. Ini yang membuat sebagian dari kita segan membuat keputusan karena konsekuensinya tidak ringan. Padahal, sebenarnya pendapat2nya bagus tetapi ia tidak berani membuat keputusan karena enggan memikul akibatnya. Banyak kasus2 orang2 yang kelabakan mencari keputusan dan ia berkonsultasi kesana kemari untuk membuat keputusan. Tetapi orang ini punya nyali untuk bertanggung jawab. Walaupun ia kesulitan, ia bisa dianggap pengambil keputusan.
Ada yang resah sebelum membuat keputusan dan baru tenang setelah keputusan dibuat. Ada yang terbalik, justru resah karena keputusan telah dibuat. Istri saya termasuk yang belakangan. Ia dengan tlaten berjalan kesana kemari memilih bahan. Ketika saya desak ia untuk segela memilih, ia segera membuat keputusan. Sesudah itu, ia kecewa dengan keputusannya. Ia kawatir, jangan2 ada yang lebih murah, lebih bagus, dll. Ia menjadi resah. Karakter M adalah resah sebelum keputusan dibuat karena ketidak jelasan dan menjadi nyaman sesudah keputusan dibuat. Karakter seperti istri saya kurang cocok di M. Sifat umum M adalah decisive. Ia cepat membuat keputusan dan kemudian melaksanakan, tidak tengok2 lagi.
Yang bagus adalah seperti yang digambarkan oleh presiden H. Truman, sosok M :
Kubuat keputusan, bum. Kukesana, kubuat keputusan, bum. Kukesitu, kubuat lagi keputusan2, bum, bum. Lagi, bum dan .... bum, bum, bum .....
Begitulah sifat M, ia cepat membuat keputusan, tegas, dan konsiten dengan keputusannya. Tidak mencla mencle. Tidak gójag gajeg. Tidak ter-mangu2 atau ber-lambat2 membuat keputusan. Tidak gampang me-rubah2 keputusannya. Gus Dur, walau keputusannya sering ngawur, termasuk decisive. Sebaliknya, SB Yudhoyono tampak kurang decisive.
Jika anda senang membuat keputusan dan merasa nyaman sesudah membuat keputusan anda potensial dijalur apapun, kususnya di M. Yang terjadi di-awal2 karir adalah kekacauan. Ada yang senang membuat keputusan serta decisive mbalah diposisi tidak membuat keputusan. Ada pula yang resah jika harus membuat keputusan mbalah nyasar ketempat harus memutusi. Jika ini yang terjadi, anda harus buka lagi trilogi Sikap Kerja, manakala FE tidak cocok.
Dalam manajemen, ada posisi2 informative, ada yang decisive. Yang informative tidak membuat keputusan – sekedar menyodorkan data. Dosen2, wartawan2 investigasi, dll termasuk kategori ini. Paling jauh menyampaikan opini, bukan keputusan. Posisi QC misalnya, membuat keputusan ini diterima atau tidak berdasar manual. Itu bukan termasuk decision making. Itu sekedar peran informative. Posisi2 informative lainnya misal TI, laboratorium, akuntansi level menengah kebawah. Mereka yang tidak suka dibebani pekerjaan membuat keputusan, seandainya bisa, mencari posisi2 informative. Jika tidak ia akan resah di-buru2 beban membuat keputusan. Bisa juga sebagai team yang menghasilkan keputusan kolektip. Opini2nya bisa menjadi sumbangan berharga.
Jika anda berada pada posisi decisive dan mengenali ada staff anda yang enggan membuat keputusan, jadikan ia ‘konsultan’ anda karena pribadi2 seperti ini terkadang opini2nya bagus. Dalam posisinya bukan sebagai penanggung jawab, beban moralnya berkurang sehingga opini2nya tanpa beban dan seringkali mbalah bagus dijadikan keputusan.
Mereka yang gemar mengatur & membuat keputusan, upayakan mendapat peran decisive. Jika tidak, kemampuan alamiah untuk gemar membuat keputusan akan terhambat perkembangannya. Karena, kita tidak hanya dituntut membuat keputusan tetapi juga keputusan2 yang bagus. Yang bagus ini bisa diperoleh selain karena kecerdasan, adalah dengan praktek dengan intensitas tinggi.
Dalam pergaulan, kata ‘suka mengatur’ konotasinya negatip. Dalam M, ini justru dihargai karena mengatur adalah membuat keputusan. Keputusan tentang siapa menerjakan apa, urut2aya bagaimana, dst, dst. Ujung2 dari sikap2 gemar membuat keputusan + mengatur + kesanggupan bertanggung jawab bisa mendorong keposisi directive yang bisa dimaknai direktur.
Penting dipahami bahwa membuat keputusan itu esensinya kesanggupan bertanggung jawab. Yang saya amati, banyak diantara peniti karir muda yang sebenarnya opini2nya cemerlang tetapi karena kurang berani, orang lain yang mendapat berkah. Untuk itu, saya sarankan untuk belajar mau memikul tanggung jawab. Semula memang mencemaskan, lama2 akan terbiasa. Jika anda gemar membuat keputusan, maka di M/E adalah sorga karena anda bisa bum, bum, bum, bak koboi menghamburkan peluru. Makin tinggi posisi makin heboh.
Tetapi jika anda terjebak pada posisi non decisive kegemaran anda bisa padam. Birokrasi2 & organisasi2 yang besar, komplex serta mapan, pada jajaran bawah sudah memiliki sistim yang mengambil alih proses pembuatan keputusan. Sudah ada SOP (standard operating procedure), aturan2, dan segala macam formalitas. Tempat ini adalah sorga bagi mereka yang enggan membuat keputusan. Yang perlu dilakukan adalah ‘sesuai prosedur’. Jika ada yang salah, ia bisa menghindari tanggung jawab dengan mengkambing hitamkan sistim. Yang penting dalam situasi seperti ini adalah do things right seperti yang kita bicarakan. Semudah inipun banyak yang gagal. Bukan karena bodoh, justru sifat telaten lebih dibutuhkan. Perbankan pada level entry adalah sistim yang ketat dimana pengambilan keputusan by sistem anonimously. Justru pada perusahaan2 menengah, peluang mendapat posisi decisive lebih baik. Akirnya, semua terpulang pada yang menjalani.
Keputusan2 punya matra2, yaitu matra waktu dan nilai. Ketika kita masih dibawah, keputusan2 kita masih berjangka pendek. Semacam to do tomorrow, sampai keputusan yang berlaku seminggu, sebulan, triwulan, dst. Makin tinggi posisi, matra waktu makin panjang. Seorang pimpro membuat keputusan seumur project itu, misal setahun. Direktur harus membuat keputusan, say 5 tahun. Nilai keputusan semula kecil, makin lama makin besar dengan naiknya jabatan. Seorang eksekutip puncak bisa membuat keputusan bernilai triliunan. Untuk memantau kemajuan karir anda, bisa anda simak matra keputusan2 anda.
Keputusan2 seringkali herupakan keputusan individual. Ada juga mutual decision, atau keputusan bersama yang dibuat lebih dari satu orang. Ini namanya membuat kesepakatan atau deal making. Keputusan kroyokan disebut collective decision. Dalam bahasa Asmuni namanya musyowaroh. Kecakapan2 membuat kesepakatan sering berujud negosiasi dan kecakapan ini penting. Tidak hanya nego dengan penjual/pembeli tetapi nego dengan atasan, bawahan, sejawat, pihak ketiga, dll. Semakin tinggi posisi semakin banyak kesepakatan2 dan musyowaroh2 yang harus dijalani. Tetapi, semua itu pondasinya membuat keputusan.
Membuat keputusan (bisa) susah. Apalagi membuat kesepakatan karena ada dua atau lebih pihak yang (bisa) berseberangan. Anda akan mengalami berbagai taktik semisal intimidasi, tekanan, provokasi, menyudutkan, persuasi, janji gombial, dls dalam mencapai kesepakatan. Kesepakatan yang baik adalah kesepakatan yang menguntungkan ke-dua2nya. Win-win solution atau dalam bahasa Jowo : podojoyonyo. Sama2 menang. Celakanya, tidak selalu seindah itu. Terkadang harus ada yang ‘kalah’. Salah satu jadi bothongo (bangkai). Terkadang, kita harus menerima kekalahan. Musysowaroh tambah2 rumitnya. Sedemikian rupa sehingga anda harus mengembangkan kecakapan interpersonal.
Umumnya E piawai dalam deal making karena memiliki sifat fleksibel. M lebih ‘kaku’ (firm). Mereka yang pandai dalam deal making hendaknya menyadari bahwa itu aset bernilai tinggi. Donald Trump, Adnan Kasogi, Kohlberg, Onasis adalah contoh2 deal maker kaliber mega. Adam Malik dulu terkenal sebagai politisi yang pandai deal making. Ucapannya yang terkenal adalah, .... itu bisa diatuuuuuur. Omong apapun dengan beliau selalu berujung .... itu bisa diatuuuur.
Semakin tinggi semakin dilematis masalah2 yang kita hadapi. Bak buah simalakama. Ini akan beruntun sehingga terkadang anda terhenyak dipuncak. Sendirian kesepian tanpa ada yang bisa membantu. Anda harus membuat keputusan2 yang pahit, yang menyayat hati, yang menggores kalbu. Dalam kegalauan dan keraguan nan mencekam.
Tetapi kawan, pemandangan diatas indah. Indah sekali, .....
M tidak pernah lepas dari pembuatan keputusan. Baudrillard menggambarkan sosok M dengan apik.
Executives are like joggers. If you stop a jogger, he goes on running on the spot. If you drag an executive away from his business, he goes on running on the spot, pawing the ground, talking business. He never stops hurtling onwards, making decisions and executing them. - Jean Baudrillard
Eksekutip adalah bak tukang joging. Jika kita hentikan dia, tetap saja ia lari2 kecil muter2 disitu. Jika kita jauhkan seorang eksekutip dari bisnis, tetap saja benaknya disitu, selalu bicara bisnis, selalu bersikeras maju, membuat keputusan, dan melaksanakannya.
The man who is denied the opportunity of taking decisions of importance begins to regard as important the decisions he is allowed to take. - C Northcote Parkinson
Seseorang yang tak mendapat kesempatan membuat keputusan2 penting mulai merasa dirinya penting, setara dengan keputusan2 yang boleh dilakukan.
Pembuatan keputusan terdiri dari 4 babak.
a. Kemauan dan kemampuan menerima tanggung jawab melalui keputusan2nya
b. Matra2 keputusan
c. Keputusan2 individu, mutual, dan musyowaroh
d. Pembuatan keputusan yang baik.
Yang terakir ini paling sukar dijabarkan.
Nothing is more difficult, and therefore more precious, than to be able to decide. Napoleon Bonaparte
Tak ada yang lebih sulit, sehingga menjadi begitu berharga, selain bisa membuat keputusan.
Banyak yang mau & mampu bertanggung jawab atas keputusannya tetapi keputusannya salah2 melulu. Membuat keputusan yang tepat gampang2 susah.
Metode Kuantitatif
M memiliki kecenderungan mengukur, makanya mendapatkan metafor ‘managers measures the waves’. Dalam membuat keputusan mereka bersandar pada analisa dan data yang serba terukur. Metode2 pembuatan keputusan tak terbilang banyaknya. Ada statistik, analisa regresi, interpolasi, extrapolasi, decision tree, analisa kwadran, survai, riset, operation research, time & motion studies, ergonomi, analisa keuangan, rasio2 keuangan, quantity surveying, dll. Buanyak, dari yang canggih menggunakan komputer sak hoh-hah sampai yang ‘kiro2’. M bersifat kuantitatip, cenderung menyatakan segala sesuatunya dengan angka. Sebagai M anda tak diharapkan berkata ‘banyak’, ‘cepat’, ‘berat’, dll. Itu besaran2 tentative yang tak punya matra.
Anda harus spesifik. Metode itu adalah metode favorit. M menggunakan logika, akal, dan penalaran sebagai piranti utama. Cara ini mbalah bukan batu sandungan. Saya yaqin warga milis2 ini kalau diajari akan bisa tanpa kesulitan melakukan. Juga hasil kuliah melatih kita bagaimana mengumpulkan data, menyimpulkan, dll. Yang bikin sulit kalau data2nya banyak dan kait mengait.
Akal Sehat
Ada yang data2nya tak lengkap, nggrambyang, ataupun sulit dikwantifikasi. Kalau sudah begini, apa prantinya ? Ada tiga : pengalaman, bakat, dan common sense atau akal sehat. Seorang yang tinggi pengalamannya tanpa itungan njlimet bisa memutuskan dengan tepat harga suatu barang. Akal sehat dipakai pada kasus2 yang belum pernah dialami atau peniti karir yang masih miskin pengalaman. Termasuk dalam metode ini adalah kebiasaan2, konvensi2, dan sejenisnya yang dipakai sebagai sandaran membuat keputusan. Juga, nyontek. Meniru yang lain, yang pernah dilakukan, dll.
A decision is the action an executive must take when he has information so incomplete that the answer does not suggest itself. - Arthur William Radford
Membaca Situasi
Dalam pembuatan keputusan kadang2 data2 kita peroleh dengan ‘membaca situasi’. Misal kita sedang nego, kita bisa baca mimik lawan bicara, nada bicara, body language, suasana tegang / santai, dll. Atmosfir konfrontatip / koopertatip. Suasana kompetisi, tekanan jadwal, dst, dst. Suasana politik, ekonomi, dll. Suasana kantor, karyawan2, dll. Jika membaca situasi saja sudah keliru, keputusan kita jadi tidak tepat.
Never make a permanent decision based on a temporary storm. No matter how raging the billows are today, remind yourself: This too shall pass! - D. Jakes, Clergyman
Jangan pernah membuat keputusan permanen ketika sedang terjadi kekalutan yang sifatnya sementara. Tidak menjadi soal bagaimana dasyatnya angin puyuh ketika itu, ingatlah : badai pasti berlalu.
Naluri
Terkadang kita tidak berada dilokasi untuk membaca situasi. Kita terpaksa menggunakan akal sehat atau naluri. Naluri akan kita bicarakan dalam bab otak kanan / kiri. Senjata pemungkas adalah naluri. Sebab, tidak membuat keputusanpun sudah membuat keputusan, yaitu tidak membuat keputusan. Dengan mempertimbangkan konsekuensinya.
Intuition is the immediate knowing of something without the conscious use of reasoning.
Intuisi adalah pengetahuan yang mendadak kita miliki (untuk membuat keputusan) tanpa menggunakan penalar dalam alam kesadaran. Artikel tentang intuisi bisa diunduh di www.geocities.com/kibroto.
Keputusan2 buruk
Sebelum kita membuat keputusan, kita melalui tahap ‘judgment’ yg bisa kita terjemahkan sebagai ‘menilai’ sehingga timbulah berbagai jugment2 semisal habitual judgment, reflextive judgment, intuitive judgment, subjective, objective, dll, sampai ke managerial & entrepreneural judgment. Ada yang judgmentnya tajam dan menghasilkan keputusan yang tepat, ada yang tumpul. Yang harus kita hindari adalah emotional judgment, sentiment pribadi, subyektifitas, dan sejenis itu. Ini batu2 sandungan yang bahkan masih dilakukan M senior.
When you approach a problem, strip yourself of preconceived opinions and prejudice, assemble and learn the facts of the situation, make the decision which seems to you to be the most honest, and then stick to it. - Chester Bowles
Ketika menghadapi masalah, lepaskan dirimu dari muantan pra-keyakinan dan beban prasangka; susun dan pelajari fakta2 dari situasinya, buatlah keputusan yang menurutmu paling jujur, kemudian bertahanlah dengan itu.
Never make a negative decision in the low time. Never make your most important decisions when you are in your worst mood. Wait. Be patient. The storm will pass. The spring will come. - Robert H. Schuller
Jangan pernah membuat keputusan ketika sedang teruk. Jangan pernah membuat keputusan ketika mood kita sedang buruk. Tunggu. Sabarlah. Badai pasti berlalu. Habis gelap terbitlah terang.
Kecepatan memutuskan
Jika tidak dalam tekanan jadwal, sebaiknya keputusan tidak ter-gesa2 dijatuhkan. Sebab jika kita keliru-koreksi-keliru-koreksi akan membuat suasana pontang panting. Mereka yang introvert boleh bergembira karena keputusan2 mereka lebih matang karena mereka lebih introspektif dalam memutuskan.
Gójag gajeg, ragu2, ter-mangu2, indecissivenes, undecided
Vacillating people seldom succeed. Successful men and women are very careful in reaching their decisions, and very persistent and determined in action thereafter. L. G. Elliott
Orang yang selalu gójag gajeg jarang sukses. Orang2 yang sukses adalah mereka yang dengan saksama mencapai keputusan, dan sangat telaten serta keras hati melaksanakan.
Standing in the middle of the road is very dangerous; you get knocked down by the traffic from both sides. Margaret Thatcher
Berdiri ditengah (dalam keraguan) adalah berbahaya; anda bisa ketabrak dari kiri kanan.
Distribusi keputusan
Kesalahan2 umum, memutuskan sendiri se-gala2nya sampai sak kecil2nya. Kita harus mendelegasikan sebagian keputusan. Jika tidak, kita akan terjebak pada keputusan2 yang tidak penting serta menelantarkan yang penting. Ini kita bicarakan lagi dalam leadership.
HM Suharto : Saya tidak membuat semua keputusan. Bisa mati ngadheg (berdiri) ......
Merubah keputusan
Sifat kas karakter M kuat adalah, bum ... membuat keputusan tegas dan melaksanakan tanpa toleh2 lagi. Ini sudah modal kuat tetapi masih harus di-wanti2 agar tidak menjadi keras kepala nguotot tidak mau merubah keputusan. Sampai derajat2 tertentu kita harus punya kemauan untuk merubah keputusan bila ternyata kurang tepat.
Sesi tentang keputusan panjang karena esensinya LME adalah pembuat keputusan. Kita harus tahu se-jelas mungkin mekanisme, sifat2, varian2 keputusan. Pengambilan keputusan begitu pentingnya sehingga karakter kita terbentuk dari keputusan2 yang kita ambil.
Our behaviour is a function of our decisions, not our conditions. - Stephen R. Covey
Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan2 yg kita ambil, bukan karena kondisi. Banyak dari kita yang keliru (terlalu) menyalahkan faktor external dan kurang menyadari bahwa kita jadi begini tak lain karena keputusan2 yang kita ambil.
We make our decisions, and then our decisions turn around and make us. - R. W. Boreham Kita membuat keputusan2, dan kemudian keputusan kita berbalik membentuk kita.
Character is the total of thousands of small daily strivings to live up to the best that is in us. Character is the final decision to reject whatever is demeaning to oneself or to others and with confidence and honesty to choose the right. - Arthur G. Trudeau
Karakter adalah jumlah total ribuan upaya2 untuk mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan. Karakter adalah keputusan2 final untuk menolak apapun yang memperlemah diri kita dan dengan penuh kepercayaan diri mengambil yang benar.
Your life changes the moment you make a new, congruent, and committed decision. - Anthony Robbins
Kehidupanmu berubah pada saat kau buat keputusan yang baru, dengan mantap dan penuh komitment. Yang penting adalah membuat keputusan dengan MANTAP, tegas, penuh keyakinan dan penuh KOMITMENT.
It is the characteristic excellence of the strong man that he can bring momentous issues to the fore and make a decision about them. The weak are always forced to decide between alternatives they have not chosen themselves. - Dietrich Bonhoeffer
Karakteristik kehebatan seorang yang kuat adalah karena ia bisa mengedepankan permasalahan dan membuat keputusan. Orang2 yang lemah senantiasa dalam keterpaksaan berada dalam pilihan2 yang belum diambilnya.
Inilah prinsip2 dasar pembuatan keputusan. Pertama adalah mengedepankan permasalahan dengan baik dan benar dan kemudian kita mengambil kepususan yang mantap. Banyak peniti karir yang kurang sukses karena ketidakmampuannya mengedepankan masalah dan senantiasa terjebak pilihan2 yang bukan dikehendaki. Sudah itu, ia hanyut dalam keraguan.
It doesn't matter which side of the fence you get off on sometimes. What matters most is getting off. You cannot make progress without making decisions. - Jim Rohn
Tidak penting kau berada disisi mana dan terkadang menyeberang. Yang penting adalah ketika kau menyeberang. Kau tak bisa maju tanpa membuat keputusan.
Nasihat ini penting ketika kita mendua. Ketika kita harus memutuskan sesuatu yang sulit, semisal pindah pekerjaan. Jika kita memutuskan untuk tidak pindah, lakukan dengan mantap. Jangan lagi mengeluh ini itu. Terima konsekuensinya dengan lapang. Jika kita memutuskan pindah, .... bum ! Jangan toleh2 lagi. Yang tegas, yang mantap, yang penuh komitment. Jika kita masih thingak thinguk, kita jadi ber-putar2 dan terjebak dalam keraguan.
Once you make a decision, the universe conspires to make it happen. Ralph Waldo Emerson
Seketika kau membuat keputusan, jagat raya bersekongkol mewujudkan keputusanmu.
Ini tampaknya mistis tetapi itulah yang terjadi.
If we think of defeat, that's what we'll get.
If we are undecided then nothing will happen for us.
We must just pick something GREAT to do, and then DO it.
Never think of failure at all, for as we think now, that's what we'll get
Maharishi Mahesh Yogi
Jika kita berfikir tentang kalah, itulah yang kita dapat
Jika kita tidak memutuskan, kita tidak mendapatkan apapun
Kita harus memungut sesuatu yang besar untuk dikerjakan, dan kemudian kerjakanlah
Jangan pernah berpikir gagal, sebab jika kita berpikir itu, itulah yang kita dapatApa yang dikatakan sang Maharesi banyak benarnya. Banyak peniti2 karir yang bersikap negatip. Itulah yang akan mereka dapat.
Lanjutken ke 6. Head or Heart?
0 komentar:
Post a Comment