Bagi awam debt free atau bebas (cicilan) utang (kpr, kredit mobil, kartu kredit, dst) adalah impian.
E+I terbalik. Selama hidupnya akan selalu utang, utang, dan utang. Kalo usaha jalan baik utang mbalah semangkin membengkak tak ada akirnya sampai ke anak cucu diwarisi utang tak berkeputusan. Bagi mereka debt is good
Keliru berpendapat kalo K adalah pihak yang pasip nunggu2 orang2 mintak2 utang. K sama agresipnya dengan E+I, mereka mengejar2 E+I serta masyarakat umum agar utang.
Syahadat kapitalisme bukanlah “kepada tuhan ku beriman dan kepada nabi kuberiman” tetapi “kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman” In greed we trust and in debt we trust. Utang adalah identik dengan riba. Maka kapitalisme adalah oposisi dari agama bahwa serakah dan riba adalah dosa.
Sebagian besar benda2 disekitar kita adalah buah karya orang2 serakah. Suka atau tidak, bukti2 berlimpah bahwa riba dan serakah lebih banyak membawa berkah daripada bencana. Tentu saja tidak bisa sempurna. Ada juga yang berdampak negatip. Sebagai contoh obat2an, yang sakit sembuh, yang buta bisa melihat, yang mandul punya anak, yang lumpuh bisa jalan, yang bisu bisa komunikasi, dst. Siapa yang menghasilken obat2an? Jawab : E+I+K = greed + debt = keserakahan + utang
“kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman”Tidak selalu keserakahan dan utang selalu positip. Maka ada keserakahan baik/buruk ada good/bad debt. Greed dan debt harus dikendaliken. Siapa yang mengendaliken dan bagaimana? N bertanggung jawab untuk mengendaliken keserakahan dan utang agar dampak positipnya jauh lebih besar dari negatip. Sekarang kita bicaraken caranya. Agar mudah dipahami, angka2nya saya buat ekstrim.
Ketika bunga murah, kataken saja 8%, maka laba E+I bagus dan punya dana berinvestasi. Demikianpun konsumen terdorong untuk belanja karena dibujuki E+I+K agar ketularan serakah. Orangpun membeli barang2 melebihi kebutuhan. Ada yang punya HP 5, sepatu selosin, dasi 3 losin, dst. N dengan menyimak indikator2 ekonomi bisa saja menilai bahwa situasi sudah over investasi, over debt, over serakah, over inflasi, over konsmsi, dst. Jika N memutusken untuk mengerem laju keserakahan maka ia ngiming2i K utang kepada mereka dengan riba tinggi kataken saja 20%.
K lantas memberitahu E+I bahwa utang tidak diperpanjang karena mau dideposito ke N. E+I terpaksa setuju bahwa bunga kepada K naik 20%. Dengan bunga segitu investasi tak menarik karena labanya kecil. I ndak mau kongsian dengan E pada investasi2 baru. Mending titipin ke N wae. Tanpa I+K, E mati kutu. Tiga serangkai E+I+K adalah mitra sehidup semati. Demikianpun konsumen akan berat untuk belanja. Maka dampak keseluruhan adalah laju keserakahan tercekik. Dampak negatipnya adalah aliran kebawah dalam sisitim sawah-subak akan terhambat. Sawah2 bawah (=rakyat) akan kering.
N kemudian meninjau tingkat bunga. Jika dirasa terlalu mencekek ia akan mengendorken dan keserakahan dipacu. Jika dirasa kebablasen, direm lagi. Kisah krisi moneter 1997/8 adalah salah satunya akibat dari over investment dan over debt. Yang sekarang terjadi di USA juga itu. Terjadi over investment di sektor properti dan orang2 serakah inves + ngutangi disitu. Konsumenpun dikadali supaya beli beli beli. Akibatnya harga naik dan ujung2nya konsumen ndak kuat nyicil. Pada gilirannya harga properti jatuh dan akibatnya E+I ngemplang. Maka kesalahan tak semata ditimpaken ke E+I+K tetapi juga N dan konsumen.
Selain dengan menaik/turunken riba N juga bisa menaik turunken uang beredar. N bisa menyedot uang beredar untuk menghambat greed+debt bisa pula menggelontor dengan uang untuk memacu serakah dan utang. Metode riba dan peredaran uang adalah kebijakan moneter. Otoritasnya adalah bank sentral. Di RI namanya BI dan di USA namanya the Fed = Federal Reserve = tandon (uang) Federal. Tandon ini bisa dari nyetak uang atau utang (lagi).
Terkadang riba rendah tak cukup kuat memicu keserakahan E+I maka ada lagi kebijaksanaan fiskal yaitu memainken tingkat pajak. Jika pajak tinggi maka keserakahan terkendala karena laba jadi ecek2. biarpun N mendapat pemasukan besar dengan menaikken pajak E+I yang tak termotivasi untuk investasi membuat sawah2 dibawahnya mengering. Resiko kedua E+I melariken dananya ke negara2 yang lebih ramah.
Singkatnya keserakahan dan utang, walaupun tidak selalu sukses, bisa dikendaliken. Untuk itu kita musti kritis keserakahan yang mana yang baik/buruk dan good/bad debt. Akirnya, kepada siapa kita percaya?
Biarpun mengandung tahayul, kapitalisme memiliki bukti berlimpah dampak positip, dan negatipnya.
0 komentar:
Post a Comment