Hukum Pareto & Gini (I)


Hukum Pareto berbunyi bahwa yang jumlahnya minoritas nilainya mayor dan yang jumlahnya mayoritas nilainya minor. Misalnya harta kita, yang jumlahnya minor seperti rumah/tanah + deposito/saham + mobil/motor nilainya mayor. Harta2 lain yang jumlahnya mayor seperti TV, perabotan, HP, Laptop, dll sampai ratusan item nilanya minor. Dalam milis hanya beberapa minor postingannya mayoritas dan mayoritas warga milis postingannya minor dan bagian terbesar diam saja, pasang muka mrongos (tonggos) seperti ini
http://www.funnychix.com/pix/dogs/funny-dog-pictures-dog21.jpg
http://www.mrdiggles.com/img/funny-dog.jpg Pasang muka Ronaldhinho http://imgs.uncovering.org/archives/uploads/2005/seven/ronaldinho.jpg
Di toko2 belanjaan pembeli minor nilainya mayor dan mayoritas pembeli nilai belanjanya minor. Hukum Pareto sangat kuat, secara kualitatip berlaku dimana2 seperti halnya hukum penawaran dan permintaan. Dalam kehidupan waktu yang kita mengerjakan minor tetapi hal2 yang penting-mayor dan mayoritas waktu dan tenaga kita untuk mengerjakan hal2 yang minor, yang sepele2 yang tak penting

Secara kualitatif minoritas 20% bobotnya mayoritas yaitu 80%. Yang jumlahnya mayoritas yaitu 80% nilainya hanya 20%. Konsep seperti ini namanya pareto 20-80. Misalnya dari 10 orang kekayaan dua orang nilainya 80 dan harta yang 8 orang hanya 20. Angka 20-80 bukan harga mati, Bisa saja 15-85, 25-75, 30-70, dst.

Seperti terlihat ditabel sebelah, 20% negara2 menghasilkan GDP 82% dan sisanya 80% negara2 hanya menghasilkan 18% GDP. 20% orang2 dalam suatu negara kekayaan atau penghasilannya mencapai 80% dari kekayaan total. Jumlah kekayaan 80% warganegara sisanya hanya 20%. Keadaan seperti ini terjadi dimana2. Tetapi setiap negara berbeda dalam angka. Ada yang 15-85, 75-25, 5-95, dst.

Distribution of world GDP, 1989
Quintile of Population Income
Richest 20% 82.7%
Second 20% 11.7%
Third 20% 2.3%
Fourth 20% 1.4%
Poorest 20% 1.2%
Dinegara2 seperti Brunei dan Kerajaan2 Arab kekayaan menumpuk ditangan raja2 dan keluarga, barangkali angka Pareto 3-97. Sementara dinegara2 komunis seprti Kuba dan Korea Utara barangkali 45% orang2 kaya baru memiliki nilai 55%. Dinegara komunis menjadi kaya adalah haram jadah. Prinsipnya adalah ré-ji-ré-bèh = kéré siji kéré kabèh = merata tetapi kéré semua. Akan lebih baik jika papan terbawah sejahtera, bukan kéré dengan ongkos munculnya kesenjangan atau ketidak merataan akibat Hukum Pareto.

Salah satu piranti untuk mengukur kesenjangan adalah Koefisien Gini, Index Gini atau Rasio Gini.
The Gini coefficient is a measure of statistical dispersion, commonly used as a measure of inequality of income distribution or inequality of wealth distribution. Koefisien Gini adalah angka untuk mengukur distribusi pendapatan/kekayaan atau mengukur kesenjangan pendapatan/kekayaan. Angka ini antara nol dan satu. Koefisien rendah menunjukkan kemerataan pendapatan dan kekayaan sementara yang mendekati angka satu menunjukkan ketidak merataan yang njomplang.

Dari berbagai pengukuran ternyata ada korelasi angka Gini dengan dua parameter yaitu (a) tingkat kemakmuran dan (b) populasi. Kesimpulannya adalah

1. Semangkin besar populasinya semangkin njomplang. USA lebih njomplang dari Jerman dan Jerman lebih njomplang dari Prancis karena penduduk USA 306j, Jerman 82j, dan Prancis 65j. Negara2 Skandinavia terkenal sebagai negara2 yang merata pendapatnnya karena populasinya hanyalah 3-8 juta sahaja. Saat ini RRC sebagai negara terbesar penduduknya mungkin belum njomplang tetapi sejak kongsian dengan kapitalisme kesenjangan mulai menggejala disono. India adalah negara yang sangat njomplang karena penduduknya 1.163 milar. RI adalah nomor ampat dengan penduduk 230j sudah pasti njomplang kena hukum Pareto.

Malaysia dengan penduduk hanya 28j akan lebih mudah merata penghasilan dan kekayaannya dibanding dengan Thai yang 67j, apalagi Philipina yang 97j. Terberat diantara Asia Tenggara adalah negara kita : Rekiblik Indonesia.

2. Semangkin makmur suatu negara, bisa dilihat GDP berapa, semangkin merata dan semangkin miskin jurang antara kaya-miskin semangkin menganga. Jika suatu negara makmur maka akan terjadi proses trickle down = tumpah ruah kebawah yang mengakibatkan lapis dibawahnya lebih makmur dan pada gilirannya lagi akan tumpah kebawah lagi sampoai lapis terbawah. Jika lapis teratas tingkat kemakmurannya paspasan maka tak terjadi proses trickle down.

Contoh 'piramida atas' yang memungkinkan 'tumpah ruah' kebawah :-)

Bersambung, ke jilid II


0 komentar:

 

Xibroto Files

Friends

About Us

Xibroto Files Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh