Sebelum memulai bagaimana sukses, tentunya kita harus mendefinisikan dulu sukses itu apa? Yang bagaimana? Sukses dalam hal kekayan? Pangkat? Derajat? Ibadah? Berkeluarga? Kegiatan sosial? Dlsb, dlsb. Sukses sangat subjectif dan masing2 orang punya definisi sendiri2. Sukses di karir hanya secuil dari sukses2 yang lain. Ada yang sukses di karir tetapi rumah tangganya ber-goyang2 terus. Ada yang sukses segi materi tetapi, misalnya kehidupan sosialnya tidak sukses. Dst. Dst. Kita membatasi diri pada diskusi sukses didunia kerka.
Pertanyan berikut, apa kriteria sukses ? Ini pertanyan yang bisa sulit dijawab. Ada yang gampang, misalnya karir di militer. Jika si A sudah berbintang tiga sementara kawan2nya masih bintang satu maka orang bilang si A karirnya sukses. Sukses dalam materi juga gampang diukur. Jika kawan2 sebaya kekayannya 10 dan ia 15, maka ia bisa dibilang lebih sukses dari yang lain. Jika ia sales manager, prestasinya jual mobil misalnya 12, lainnya 8, bolehlah kita bilang ia relatip sukses. Juga dokter. Teman2 adik saya yang dokter suka bercanda satu sama lainnya. Mereka bertegur sapa dengan pertanyan : dapat berapa pantat ? Maksudnya, pasiennya dapat berapa ? Ada yang menjawab : do re mi. Dokter2 (yang waktu itu masih muda) memakai nyuntik berapa pantat sebagai kriteria sukses.
Wiraswasta mudah diukur. Cukup dengan dua kata ; “laba berapa?”. Juga Corporate Warrior yang jadi top eksekutif gampang dinilai. Misalnya pertumbuhan pangsa pasar berapa ? Manajemen menengah sulit diukur. Apa lagi yang masih dipapan bawah.
Tidak semuanya mudah diukur. Akirnya terpulang pada ybs untuk membuat self assesment (menilai diri sendiri). Membuat standar sendiri, mengukur sendiri, dan menilai sendiri. Walaupun mungkin tidak gampang, upayakan selalu evaluasi diri secara terukur. Paling gampang adalah membandingkan diri dengan prestasi rekan sebaya. Akan lebih bijak lagi, mengalahkan diri sendiri dimasa yll. Dulu cuma punya anak buah 2, sekarang 3. Lumayan. Dulu rumah rss, sekarang rumahnya sak hoh hah. Dulu bininya atau suaminya satu, sekarang tiga. Bukaaaan, ..... :) Begitu seterusnya. Metode terbaik adalah dengan mengalahkan kita dimasa lalu. Hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik lagi.
Sukses ada skalanya. Berikut skala :
Silahkan tentukan sendiri yang mana. Sesuka anda. Minimal no. 3 dan jangan nomor satu.
Pertanyan berikut, apa kriteria sukses ? Ini pertanyan yang bisa sulit dijawab. Ada yang gampang, misalnya karir di militer. Jika si A sudah berbintang tiga sementara kawan2nya masih bintang satu maka orang bilang si A karirnya sukses. Sukses dalam materi juga gampang diukur. Jika kawan2 sebaya kekayannya 10 dan ia 15, maka ia bisa dibilang lebih sukses dari yang lain. Jika ia sales manager, prestasinya jual mobil misalnya 12, lainnya 8, bolehlah kita bilang ia relatip sukses. Juga dokter. Teman2 adik saya yang dokter suka bercanda satu sama lainnya. Mereka bertegur sapa dengan pertanyan : dapat berapa pantat ? Maksudnya, pasiennya dapat berapa ? Ada yang menjawab : do re mi. Dokter2 (yang waktu itu masih muda) memakai nyuntik berapa pantat sebagai kriteria sukses.
Wiraswasta mudah diukur. Cukup dengan dua kata ; “laba berapa?”. Juga Corporate Warrior yang jadi top eksekutif gampang dinilai. Misalnya pertumbuhan pangsa pasar berapa ? Manajemen menengah sulit diukur. Apa lagi yang masih dipapan bawah.
Tidak semuanya mudah diukur. Akirnya terpulang pada ybs untuk membuat self assesment (menilai diri sendiri). Membuat standar sendiri, mengukur sendiri, dan menilai sendiri. Walaupun mungkin tidak gampang, upayakan selalu evaluasi diri secara terukur. Paling gampang adalah membandingkan diri dengan prestasi rekan sebaya. Akan lebih bijak lagi, mengalahkan diri sendiri dimasa yll. Dulu cuma punya anak buah 2, sekarang 3. Lumayan. Dulu rumah rss, sekarang rumahnya sak hoh hah. Dulu bininya atau suaminya satu, sekarang tiga. Bukaaaan, ..... :) Begitu seterusnya. Metode terbaik adalah dengan mengalahkan kita dimasa lalu. Hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik lagi.
Sukses ada skalanya. Berikut skala :
- Staff memble
- Sama sekali tidak berprestasi. Hanya plonga plongo, mrongos thok, ngah ngoh, pah poh, memble, dst.
- Mediocre – pas2an, standar, begitu2 saja, jalan ditempat, tidak ada kemajuan.
- Incremental – sedikit diatas rata2 - lumayan
- Substansial – melejit
- Tersohor Nasional – jadi buah bibir seperti Arifin Panigoro, Ical Bakrie, dll.
- Pesohor Global – Steve Jobs, Bill Gates, Trump, dll
Silahkan tentukan sendiri yang mana. Sesuka anda. Minimal no. 3 dan jangan nomor satu.
Sesudah membicarakan ‘apa’ dan mau menyimak ‘bagaimana’ sukses, ada satu lagi pertanyan yang mengganjal – ‘mengapa’. Mengapa kita harus sukses ? Why should we ? Mengapa kita tidak menjalani saja kehidupan, seperti mengikuti kearah mana air akan mengalir ? Tidak usah neko2 (macem2). Pertanyan filosofis ini saya kembalikan kepada ybs. Itu pilihan kita. Saya hanya bisa memberi sebuah pertanyan balasan : why shouldn’t we ? Jika kita bisa meraih sukses, mengapa tidak ? Why not ? Lets do it.
Lanjutken ke 1. Swot
0 komentar:
Post a Comment