8.Jongos menjadi Boss


Basuki dulu adalah pelayan sebuah mess perusahaan USA yang besar. Pekerjaannya cuci piring dan ngepel lantai. Ia mengerjakannya dengan sepenuh hati. Karena prestasinya seorang yang dilayaninya tertarik dan ia dipindah ke bagian lain. Sempat menjadi staff saya jadi tukang material; ber-sama saya memikul pipa, elbow, flange, dll. Basuki memiliki sikap kerja yang patut diacungi jempol. Motivasinya tinggi. Sekarang ia sudah Manajer ! Jabatan yang tinggi bagi mantan tukang cuci WC. Dengan keterbatasan abilitynya, ia mampu membaca spesifikasi2 teknik yang harusnya bacaan tukang ingsinyir. Dengan susah payah ia membaca gambar2 teknik. Ia bisa ! Ia tahu spesifikasi American Petroleum Institutes. Ia paham ASTM. Ingat, 20-25 tahun yll, ia tukang cuci piring. Ini bukan kisah fiktif. Ini nyata, jika anda ingin ketemu orangnya ada.

Hadi dulu adalah pembokat atau abdi keluarga saya, ketika saya masih ABG. Tetapi Hadi tidak punya mental batór. Jika tugas sudah selesai, ia belajar membatik. Jika ditugasi belanja bahan2 batik, ia sangat bersemangat. Ia menyimak ilmu perbatikan dengan gairah. Ibu saya sering menegur anak2nya karena kesantunan Jawa kami kalah dibandingkan dengan sopansantun Hadi. Kata ibu saya, Hadi bukan batór tetapi benðoro (ningrat) yang sedang menabdi jadi batór. Ia menyimak sikap swargi ayah saya dan kawan2 ayah saya yang juragan2 batik. Ia menyontek. Sekarang ia bukan lagi batór. Hadi telah menjadi juragan. Ia telah keliling Eropa dan USA untuk mendemonstrasikan keahliannya melukis batik. Ia punya show róm, punya bengkel, karyawan, dan expor. Ia sekarang juragan. Ia punya keahlian melukis dengan batik, sikapnya bagus, dan motivasi untuk menjadi juragan.

Mas Noto adalah óm saya. Ia mengawali karirnya sebagai sopir pribadi direktur pabrik cerutu di suatu kota. Ia tidak membatasi diri hanya sebagai sopir. Ia membantu bossnya yang orang Belanda mengumpulkan tembakau. Ia menyimak sikap bossnya. Ia ikut2an belajar ilmu permbakoan dan ia menguasai ilmu meramu Serutu. Ia tidak berhenti sampai disitu, ia belajar manajemen sedikit demi sedikit dan akirnya diangkat menjadi direksi Perusahaan Cerutu. Diberi rumah dinas besarnya sak hoh hah di daerah elite. Bandingkan dengan sopir saya, sudah 17 tahun ia ikut saya dan tetep saja ia jadi Sopir.

Contoh2 diatas adalah pribadi2 yang mengerjakan pekerjaan2 ora kajèn. Dari tukang cuci piring, batór dan sopir. Mereka tidak pedulikan keadaan itu. Mereka mengerjakan tugas2nya lebih dari yang diminta. Walau mereka mengawali dari tingkat sangat yang sangat rendah, mereka tidak pernah merasa asor (rendah diri). Ke-tiga2nya waktu itu mungkin statusnya adalah setara dengan ‘batór’ tetapi sikapnya bukan sikap jongos. Walau pekerjaannya asor mrk mengerjakannya dengan sepenuh jiwa.

Bahasa Inggris mereka mbur adul tetapi mereka bicara dengan mantap seolah TOEFLnya lebih dari 600. Walau mereka bukan dungu tetapi mereka tidak secerdas anda. Mereka mengembangkan kecakapan lain. Hadi pandai melukis batik. Mas Noto adalah pakar srutu atau permbakoan. Basuki mengembangkan photographic memory. Ia mampu menghafal detil2.

Tiga contoh diatas adalah kisah sukses. Bukan yang gemebyar seperti kisah Bill Gate atau anak desa Kemusu yang jadi Presiden. Tetapi dari tukang pel ke Superintenden perusahaan raksasa dari USA adalah kisah sukses. Dari batór jadi juragan yang tiap bulan menggaji berapa puluh tukang. Dari mantan Sopir yang kini berunding dengan orang2 dari mancanegara yang mau mengipor mbako made in RI.

Mereka memiliki ketiga faktor internal, ability, attitude, dan motivasi. Kita harus punya ke-tiga2nya. Kita harus mengembangkan ability sendiri, di jalanan, bukan dikampus. Ability ini bisa menjadi zimat. Kita harus menyimak dengan saksama, bagaimana harus bersikap. Kita senantiasa mengggengam motivasi tinggi.
Dengan prestasi tinggi kita tidak hanya anti PHK tetapi dipuncak kita juga melihat pemandangan yang lebih indah



Lanjutken ke 9. Bintang2 yang pudar

0 komentar:

 

Xibroto Files

Friends

About Us

Xibroto Files Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh