Apakah FE sedang menyeringai menunjukkan taringnya ataukah mengerlingkan senyum, semua terpulang pada kita untuk menyikapinya.
Attitude is everything. Attitude is a little thing that make BIG difference.
Kita bicara tentang FE tetapi ujung2nya FI yang menentukan. Jika demikian, dalam notasi matematis, FE adalah fungsi FI. Biasa kita tulis dengan FE(FI). Rumus berubah lagi :
S = S{FE(FI)+FI+Fx} (notasi2 r,t, & n kita hapus supaya tidak ruwet).
Maka tak pelak lagi dominasi FI dalam menentukan sukses menjadi makin besar ! Keadaan FE bertambah baik / buruk tergantung sikap kita.
Diatas kertas Tim Azuri Italia akan menang melawan Tim Korea yang baru belajar. Kenyataannya, Italia dipecundangi oleh Tim anak bawang. Itulah seni hidup. Selalu ada Faktor-X. Itu fakta seni kehidupan. Ketika kita meniti susah payah sampai kedekat posisi yang kita inginkan, tiba2 jleg, tahu2 menantu juragan menempati posisi yang kita inginkan. Jadi, bagaimana kita harus menyikapi keberuntungan/petaka ?
Siapa yang menduga Kiai Dur terpilih jadi presiden ? Ia bak mendapatkan durian runtuh Fx. Tetapi, mengapa ia tidak bisa mempertahankan peluang ? Mengapa ia begitu mudah jatuh. Lihat si anak desa dari Kemusu. Tiba2 G30S meleduk. Dengan cekatan ia bertindak. Huru hara ini menjadi peluang baginya. Tidak ada seorangpun yang menduga ia jadi presiden. Ada dosen yang karyanya baKiai untuk dicetak. Ia memanggil kawannya si tukang bakul untuk melaksanakannya. Siapa yang meraup laba ? Si Tukang Bakul ! Mengapa ? Karena si dosen mind-setnya keilmuan, bukan cari laba. Ia tidak memposisikan diri meraup laba. Si Tukang bakul memang sudah jauh2 hari mempersiapkan diri cari laba. Mengapa Kiai Dur jatuh ? Karena ia tidak mempersiapkan diri jadi presiden. Mengapa Pak Harto bisa ? Karena ia mempersiapkan diri cukup panjang. Sejak dari tentara ndéso, panglima mandala, dst, dst.
Sebelum pak Harto jatuh Sri Bintang Pamungkas termasuk salah satu pendobrak yang berani. Sesudah huru hara, Bintang pudar bintangnya. Bandingkan dengan Amin Rais yang sampai sekarang masih berkibar. Karena Amin sudah lama mejeng mempersiapkan diri. Sampai menjabat ketua Muhammadiyah bukanlah persiapan yang seadanya. Katakunci menghadapi Fx adalah memposisikan diri atau mempersiapkan (preparation).
Banyak yang mengeluh, mengapa peluang tak kunjung datang ? Yang terjadi adalah seperti si dosen. Mindsetnya tidak mempersiapkan diri untuk cari laba. Ia tidak berada dalam posisi meraup laba. Ia tidak mampu melihat peluang dipelupuk mata..
Luck is preparation meeting opportunity
Tanpa persiapan kita akan kedodoran, seperti Kiai Dur. Atau Bintang yang tak siap jadi bintang. Fx tidak selalu berupa keberuntungan tetapi bisa jadi kesialan. Jika kita sudah mempersiapkan diri (preparataion) kita bisa meredam petaka tersebut menjadi minimal. Si A sudah mengantisipasi (preparation) PHK (petaka). Ia punya tabungan sebagai ‘cadangan devisa’ 2-3 tahun. Preparation atau kesiapan menangkap peluang (opportunity) atau antisipasi petaka tak lain dan tak bukan adalah faktor internal FI. Jika begitu, Fx adalah fungsi FI lagi.
Rumus berubah lagi, menjadi
S = S{FE(FI)+FI+Fx(FI)} ...
sukses makin tergantung FI !!!
Sesudah kita bicara panjang lebar, njlimet, bolak balik, muter2, ternyata kesituuuuuuuuuu terus. Kita selalu kembali ke FI. Kita bicara tentang FE, ternyata FE dipengaruhi FI. Tergantung sikap kita dalam menghadapi FE. Demikian pula halnya Fx. Fx baru bermakna jika FI kita siap menerima Fx keberuntungan / petaka.
Sebenarnya, uraian yang ber-lembar2 ini bisa kita persingkat.
Sukses sangat tergantung dari pengembangkan faktor2 internal.
Seorang pembaca artikel ini telah menyatakan skeptismenya. Tetapi beliau tahu bahwa bolak balik faktor yang sangat menentukan adalah Faktor Internal. Simaklah petikan kritiknya
“ ... alasan saya tanya adalah, gak akan banyak gunanya (saya aliran pesimis kalo udah gini..) .. karena, untuk mengubah orang dewasa itu sulit... bisa dihitung deh dengan jari... memang ada, contohnya kakak teman saya yang berubah 180 derajat setelah membaca buku poor dad rich dad... tapi kalo mo jujur, berapa sih yang berubah seperti itu? balik lagi ke faktor internal tadi ... yaitu orang2 yang punya kualitas lebih... yang udah punya modal atau bakat lebih in their chilhood.. “
Ia masih muda, tetapi secara naluriah ia mampu menyimpulkan bahwa rahasia sukses terletak pada Faktor Internal. Yang perlu dikoreksi adalah pernyataannya yang paling akir. ... yang udah punya modal atau bakat lebih in their chilðód.. Kata terakir kita koreksi menjadi ... yang mampu mengembangkan faktor2 internalnya sampai maksimal. Tidak sebatas masa kecil (chilðód). Ability dan Attitude bisa dipelajari kapan saja, pada usia berapapun. Bahkan sayapun masih belajar. Apalagi anda yang masih muda. Motivasi bisa dibangkitkan pada semua usia.
Banyak contoh2 orang2 yang menemukan kemampuan dan bakatnya sejak dini. Tetapi tidak sedikit yang menemukannya ketika ketika tidak muda lagi. Pernyataan bahwa modal dan bakat adalah anugerah ketika kita masih balita adalah sikap fatalistik. Seolah ia berkata, kita tidak dikaruniai anugerah itu dan tidak mungkin meraih sukses. Sikap ini adalah sikap yang umum kita temui di-mana2.
Banyak peniti2 karir yang keliru menganalisa situasi. Mereka cenderung menyalahkan faktor2 eksternal atau faktor-x sehingga tidak tergerak untuk bersikap introspektif. Karena terlalu sering menyalahkan faktor external, ia merasa ‘tidak bersalah’. Ia lantas berpendapat bahwa faktor externallah yang harus diperbaiki. Ia sudah ‘baik’. Akibatnya ia tak bersemangat untuk mengembangkan faktor internalnya. Ujungnya ia mengalami kemandegan. Terlena dalam status quo. Ability, kususnya ability jalanan tidak tumbuh. Ia nyaris tidak menyadari bahwa sikap2nya salah. Jika memahami bahwa faktor internal menjadi panglima yang menentukan kelanjutan karirnya, ia akan senantiasa mengembangkan diri. Jika berkembang, kematangan pribadinya akan ikut berkembang pula. Seterusnya kepercayaan dirinya meningkat. Dalam keadaan itu. Sikapnya makin positip. Ibarat bola salju makin lama makin besar.
Faktor sukses hanya terdiri dari 3 hal
1. Faktor Internal
2. Faktor Internal
3. Faktor Internal
Adakah faktor keempat & kelima? Ada! Yaitu, Faktor Internal & Faktor Internal !
Apakah Faktor internal sebatas Attitude, Ability, dan Motivasi ? Tidak, masih banyak faktor2 lain. Just to begin, ketiga faktor itu sudah memadai. Kelak anda akan mempelajari sendiri faktor2 lain. Apa saja, sepanjang itu mengembangkan faktor internalnya. Anda kini lebih fokus. Anda mempersiapkan diri untuk menjadi man for all season. Mempersiapkan diri agar mampu mempertahankan durian runtuh. Mempersiapkan diri menghadapi petaka. Expect the unexpected. Untuk seterusnya yang dimaksud dengan FI bukanlah sebatas attitude, motivasi, dan kecakapan tetapi meliputi semua hal yang berasal dari dalam diri. Termasuk pesona, karisma, kemauan keras, dll.
Orang2 yang sependapat bahwa sukses adalah karena Faktor Internal disebut memiliki Internal Locus of Control (ILC). Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa keberhasilannya, keadaan dirinya, nasibnya, keberuntungannya, kesialannya, dll, berasal dari faktor2 luar (FE & Fx) disebut memiliki External Locus of Control (ELC).
Sejauh ini kita bicara panjang lebar tentang sukses. Bagaimana menyikapi kegagalan ? Sikap dalam menghadapi kegagalan sama pentingnya dengan sikap untuk meraih keberhasilan. Kita lihat disekitar kita. Betapa banyaknya orang2 yang dihantam kegagalan ber-tubi2 sampai ia luluh lantak dan terpuruk dalam lembah keputus asaan. Ada pula yang dihantam kegagalan beruntun tetapi ajaibnya ia selalu mampu bangkit lagi. Apa rahasianya ?
Lanjutken ke bab mengenai Locus of Control
Atau ke : DASAR2 KAPITALISME
Attitude is everything. Attitude is a little thing that make BIG difference.
Kita bicara tentang FE tetapi ujung2nya FI yang menentukan. Jika demikian, dalam notasi matematis, FE adalah fungsi FI. Biasa kita tulis dengan FE(FI). Rumus berubah lagi :
S = S{FE(FI)+FI+Fx} (notasi2 r,t, & n kita hapus supaya tidak ruwet).
Maka tak pelak lagi dominasi FI dalam menentukan sukses menjadi makin besar ! Keadaan FE bertambah baik / buruk tergantung sikap kita.
Diatas kertas Tim Azuri Italia akan menang melawan Tim Korea yang baru belajar. Kenyataannya, Italia dipecundangi oleh Tim anak bawang. Itulah seni hidup. Selalu ada Faktor-X. Itu fakta seni kehidupan. Ketika kita meniti susah payah sampai kedekat posisi yang kita inginkan, tiba2 jleg, tahu2 menantu juragan menempati posisi yang kita inginkan. Jadi, bagaimana kita harus menyikapi keberuntungan/petaka ?
Siapa yang menduga Kiai Dur terpilih jadi presiden ? Ia bak mendapatkan durian runtuh Fx. Tetapi, mengapa ia tidak bisa mempertahankan peluang ? Mengapa ia begitu mudah jatuh. Lihat si anak desa dari Kemusu. Tiba2 G30S meleduk. Dengan cekatan ia bertindak. Huru hara ini menjadi peluang baginya. Tidak ada seorangpun yang menduga ia jadi presiden. Ada dosen yang karyanya baKiai untuk dicetak. Ia memanggil kawannya si tukang bakul untuk melaksanakannya. Siapa yang meraup laba ? Si Tukang Bakul ! Mengapa ? Karena si dosen mind-setnya keilmuan, bukan cari laba. Ia tidak memposisikan diri meraup laba. Si Tukang bakul memang sudah jauh2 hari mempersiapkan diri cari laba. Mengapa Kiai Dur jatuh ? Karena ia tidak mempersiapkan diri jadi presiden. Mengapa Pak Harto bisa ? Karena ia mempersiapkan diri cukup panjang. Sejak dari tentara ndéso, panglima mandala, dst, dst.
Sebelum pak Harto jatuh Sri Bintang Pamungkas termasuk salah satu pendobrak yang berani. Sesudah huru hara, Bintang pudar bintangnya. Bandingkan dengan Amin Rais yang sampai sekarang masih berkibar. Karena Amin sudah lama mejeng mempersiapkan diri. Sampai menjabat ketua Muhammadiyah bukanlah persiapan yang seadanya. Katakunci menghadapi Fx adalah memposisikan diri atau mempersiapkan (preparation).
Banyak yang mengeluh, mengapa peluang tak kunjung datang ? Yang terjadi adalah seperti si dosen. Mindsetnya tidak mempersiapkan diri untuk cari laba. Ia tidak berada dalam posisi meraup laba. Ia tidak mampu melihat peluang dipelupuk mata..
Luck is preparation meeting opportunity
Tanpa persiapan kita akan kedodoran, seperti Kiai Dur. Atau Bintang yang tak siap jadi bintang. Fx tidak selalu berupa keberuntungan tetapi bisa jadi kesialan. Jika kita sudah mempersiapkan diri (preparataion) kita bisa meredam petaka tersebut menjadi minimal. Si A sudah mengantisipasi (preparation) PHK (petaka). Ia punya tabungan sebagai ‘cadangan devisa’ 2-3 tahun. Preparation atau kesiapan menangkap peluang (opportunity) atau antisipasi petaka tak lain dan tak bukan adalah faktor internal FI. Jika begitu, Fx adalah fungsi FI lagi.
Rumus berubah lagi, menjadi
S = S{FE(FI)+FI+Fx(FI)} ...
sukses makin tergantung FI !!!
Sesudah kita bicara panjang lebar, njlimet, bolak balik, muter2, ternyata kesituuuuuuuuuu terus. Kita selalu kembali ke FI. Kita bicara tentang FE, ternyata FE dipengaruhi FI. Tergantung sikap kita dalam menghadapi FE. Demikian pula halnya Fx. Fx baru bermakna jika FI kita siap menerima Fx keberuntungan / petaka.
Sebenarnya, uraian yang ber-lembar2 ini bisa kita persingkat.
Sukses sangat tergantung dari pengembangkan faktor2 internal.
Seorang pembaca artikel ini telah menyatakan skeptismenya. Tetapi beliau tahu bahwa bolak balik faktor yang sangat menentukan adalah Faktor Internal. Simaklah petikan kritiknya
“ ... alasan saya tanya adalah, gak akan banyak gunanya (saya aliran pesimis kalo udah gini..) .. karena, untuk mengubah orang dewasa itu sulit... bisa dihitung deh dengan jari... memang ada, contohnya kakak teman saya yang berubah 180 derajat setelah membaca buku poor dad rich dad... tapi kalo mo jujur, berapa sih yang berubah seperti itu? balik lagi ke faktor internal tadi ... yaitu orang2 yang punya kualitas lebih... yang udah punya modal atau bakat lebih in their chilhood.. “
Ia masih muda, tetapi secara naluriah ia mampu menyimpulkan bahwa rahasia sukses terletak pada Faktor Internal. Yang perlu dikoreksi adalah pernyataannya yang paling akir. ... yang udah punya modal atau bakat lebih in their chilðód.. Kata terakir kita koreksi menjadi ... yang mampu mengembangkan faktor2 internalnya sampai maksimal. Tidak sebatas masa kecil (chilðód). Ability dan Attitude bisa dipelajari kapan saja, pada usia berapapun. Bahkan sayapun masih belajar. Apalagi anda yang masih muda. Motivasi bisa dibangkitkan pada semua usia.
Banyak contoh2 orang2 yang menemukan kemampuan dan bakatnya sejak dini. Tetapi tidak sedikit yang menemukannya ketika ketika tidak muda lagi. Pernyataan bahwa modal dan bakat adalah anugerah ketika kita masih balita adalah sikap fatalistik. Seolah ia berkata, kita tidak dikaruniai anugerah itu dan tidak mungkin meraih sukses. Sikap ini adalah sikap yang umum kita temui di-mana2.
Banyak peniti2 karir yang keliru menganalisa situasi. Mereka cenderung menyalahkan faktor2 eksternal atau faktor-x sehingga tidak tergerak untuk bersikap introspektif. Karena terlalu sering menyalahkan faktor external, ia merasa ‘tidak bersalah’. Ia lantas berpendapat bahwa faktor externallah yang harus diperbaiki. Ia sudah ‘baik’. Akibatnya ia tak bersemangat untuk mengembangkan faktor internalnya. Ujungnya ia mengalami kemandegan. Terlena dalam status quo. Ability, kususnya ability jalanan tidak tumbuh. Ia nyaris tidak menyadari bahwa sikap2nya salah. Jika memahami bahwa faktor internal menjadi panglima yang menentukan kelanjutan karirnya, ia akan senantiasa mengembangkan diri. Jika berkembang, kematangan pribadinya akan ikut berkembang pula. Seterusnya kepercayaan dirinya meningkat. Dalam keadaan itu. Sikapnya makin positip. Ibarat bola salju makin lama makin besar.
Faktor sukses hanya terdiri dari 3 hal
1. Faktor Internal
2. Faktor Internal
3. Faktor Internal
Adakah faktor keempat & kelima? Ada! Yaitu, Faktor Internal & Faktor Internal !
Apakah Faktor internal sebatas Attitude, Ability, dan Motivasi ? Tidak, masih banyak faktor2 lain. Just to begin, ketiga faktor itu sudah memadai. Kelak anda akan mempelajari sendiri faktor2 lain. Apa saja, sepanjang itu mengembangkan faktor internalnya. Anda kini lebih fokus. Anda mempersiapkan diri untuk menjadi man for all season. Mempersiapkan diri agar mampu mempertahankan durian runtuh. Mempersiapkan diri menghadapi petaka. Expect the unexpected. Untuk seterusnya yang dimaksud dengan FI bukanlah sebatas attitude, motivasi, dan kecakapan tetapi meliputi semua hal yang berasal dari dalam diri. Termasuk pesona, karisma, kemauan keras, dll.
Orang2 yang sependapat bahwa sukses adalah karena Faktor Internal disebut memiliki Internal Locus of Control (ILC). Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa keberhasilannya, keadaan dirinya, nasibnya, keberuntungannya, kesialannya, dll, berasal dari faktor2 luar (FE & Fx) disebut memiliki External Locus of Control (ELC).
Sejauh ini kita bicara panjang lebar tentang sukses. Bagaimana menyikapi kegagalan ? Sikap dalam menghadapi kegagalan sama pentingnya dengan sikap untuk meraih keberhasilan. Kita lihat disekitar kita. Betapa banyaknya orang2 yang dihantam kegagalan ber-tubi2 sampai ia luluh lantak dan terpuruk dalam lembah keputus asaan. Ada pula yang dihantam kegagalan beruntun tetapi ajaibnya ia selalu mampu bangkit lagi. Apa rahasianya ?
Lanjutken ke bab mengenai Locus of Control
Atau ke : DASAR2 KAPITALISME
0 komentar:
Post a Comment