Ini telah saya singgung. Banyak sekali karyawan2 yang punya sikap bahwa mereka bekerja demi perusahan atau pihak lain. Sikap ini membuatnya terkucilkan dan tidak bisa menyatu dengan apa yang dikerjakan. Buang jauh2 opini destruktif ini.
Gagasan ‘rumongso hanðarbèni’ (merasa memiliki) bukanlah demi kepentingan sang juragan atau PT tetapi untuk anda sendiri. Saya telah berikan contoh2 bagaimana beberapa orang semula adalah staff pt tersebut. Sekarang mereka tidak sekadar ‘rumongso’ memiliki tetapi benar2 memilik ! Awalilah dengan memiliki sikap Corps d’espirit. Camkan, anda bekerja bagi anda sendiri, bagi orang2 tersayang, bagi misi anda. Whatever. Bukan untuk orang lain.
Citra Diri
Sering kita dengar sikap yang (maksudnya) merendah : ah, saya kuli pt anu. Syukurlah jika itu sikap merendah. Cilakanya, terkadang itu adalah proyeksi kekerdilan jiwa. Jika anda sendiri tidak menghargai diri, bagaimana orang akan menghargai anda ? Bagaimana ia akan menghargai dengan mempromosikan anda ? Ucapan2 seperti saya pegawai rendahan, wong cilik, dll membelenggu anda sendiri menjadi seperti yang anda katakan. Sangat penting kita tidak bersikap seperti itu.
Mengherankan, orang2 yang gé-èr malah menjadi seperti yang di gé-èr-i ! Ia yang merasa seperti boss, bersikap atau berperilaku seperti boss, anehnya, malah menjadi boss ! Lah, kalau begini caranya mending gé-èr-an dari pada minderan. Intinya adalah, you are what you think you are. Kamu adalah seperti yang kau pikirkan tentang dirimu. Jika kita berpikir hanya kuli, ya begitulah kamu. Mengapa kita tidak ‘berlagak’ seperti orang2 yang kita anginkan ? Ini kelihatan ide konyol, tetapi saya cukup banyak membaca dan membenarkan bahwa kita mulai dengan ‘berlagak’. Gunakan imajinasi kita !
Mulai dengan Akir
Pernah saya bilang, begin with end. Jika ‘end’ yang anda harapkan dan tiup2kan pada diri adalah ‘end’ yang positip, banyak peluang anda menjadi seperti yang anda pikirkan. This is just beginning. Ini hanya sebuah permulaan. Lha, kalau begin-nya sudah salah, akirnya pasti tambah berantakan! Lebih celaka lagi, banyak yang tidak punya gambaran sama sekali ‘end’nya apa. Ya, tidak begin2. Muter2 saja. Semakin dini anda menentukan ‘end’, makin besar peluang untuk sukses. Semakin jelas dan rinci visualisasi ‘end’, makin bai k peluang untuk berhasil. Bagi mereka yang kesulitan menentukan ‘end’, jangan kuatir. Ini masalah yang gampang2 susah. Banyak yang dengan mantap dan spontan bisa menjawab ‘end’nya apa. Tetapi yang tidak bisa menjawab buanyak.
'End' adalah sesuatu yang belum nyata, masih ada dalam benak kita. Tetapi itulah sebuah 'permulaan'. Mulailah dengan gagasan, cita2, kayalan, impian, rekacipta, keinginan kuat, dan sejenis ini dalam benak. Itulah 'awal'. Sesudahnya, tindak lanjuti sampai tuntas.
Menghormati diri
‘Ora kajèn’ (tidak dihargai) – kata2 ini sering terdengar terutama bagi mereka yang masih merayap diawal awal karir. Orang pertama yang tidak menghargai justru dia sendiri karena punya perasaan demikian. Ia merendahkan dirinya karena pangkatnya masih rendah. Atau pekerjaannya tidak sesuai dengan harapan. Ia malu jadi maklar, jadi dagang beras, dll. Ini juga sikap2 yang sangat merusak citra diri. If you can’t respect yourself, or whatever you do, don’t expect people to respect. Jika anda sendiri tidak mampu menghargai diri atau apapun yang anda sedang kerjakan, jangan berharap diajèni orang, dong. Kalau ia sendiri tidak menghargai apa yang dilakukan, bagaimana ia bisa berprestasi ? Mulailah dengan sikap ngajèni diri sendiri. Dengan menghargai apa yang dikerjakannya.
If you wish to achieve worthwhile things in your personal and career life, you must become a worthwhile person in your own self-development. Brian Tracy
Jika anda ingin mencapai sesuatu yang bernilai baik dalam kehidupan pribadi atau karir, anda harus terlebih dahulu menghargai diri sendiri dalam pengembangan diri.
Gagasan ‘rumongso hanðarbèni’ (merasa memiliki) bukanlah demi kepentingan sang juragan atau PT tetapi untuk anda sendiri. Saya telah berikan contoh2 bagaimana beberapa orang semula adalah staff pt tersebut. Sekarang mereka tidak sekadar ‘rumongso’ memiliki tetapi benar2 memilik ! Awalilah dengan memiliki sikap Corps d’espirit. Camkan, anda bekerja bagi anda sendiri, bagi orang2 tersayang, bagi misi anda. Whatever. Bukan untuk orang lain.
Citra Diri
Sering kita dengar sikap yang (maksudnya) merendah : ah, saya kuli pt anu. Syukurlah jika itu sikap merendah. Cilakanya, terkadang itu adalah proyeksi kekerdilan jiwa. Jika anda sendiri tidak menghargai diri, bagaimana orang akan menghargai anda ? Bagaimana ia akan menghargai dengan mempromosikan anda ? Ucapan2 seperti saya pegawai rendahan, wong cilik, dll membelenggu anda sendiri menjadi seperti yang anda katakan. Sangat penting kita tidak bersikap seperti itu.
Mengherankan, orang2 yang gé-èr malah menjadi seperti yang di gé-èr-i ! Ia yang merasa seperti boss, bersikap atau berperilaku seperti boss, anehnya, malah menjadi boss ! Lah, kalau begini caranya mending gé-èr-an dari pada minderan. Intinya adalah, you are what you think you are. Kamu adalah seperti yang kau pikirkan tentang dirimu. Jika kita berpikir hanya kuli, ya begitulah kamu. Mengapa kita tidak ‘berlagak’ seperti orang2 yang kita anginkan ? Ini kelihatan ide konyol, tetapi saya cukup banyak membaca dan membenarkan bahwa kita mulai dengan ‘berlagak’. Gunakan imajinasi kita !
Mulai dengan Akir
Pernah saya bilang, begin with end. Jika ‘end’ yang anda harapkan dan tiup2kan pada diri adalah ‘end’ yang positip, banyak peluang anda menjadi seperti yang anda pikirkan. This is just beginning. Ini hanya sebuah permulaan. Lha, kalau begin-nya sudah salah, akirnya pasti tambah berantakan! Lebih celaka lagi, banyak yang tidak punya gambaran sama sekali ‘end’nya apa. Ya, tidak begin2. Muter2 saja. Semakin dini anda menentukan ‘end’, makin besar peluang untuk sukses. Semakin jelas dan rinci visualisasi ‘end’, makin bai k peluang untuk berhasil. Bagi mereka yang kesulitan menentukan ‘end’, jangan kuatir. Ini masalah yang gampang2 susah. Banyak yang dengan mantap dan spontan bisa menjawab ‘end’nya apa. Tetapi yang tidak bisa menjawab buanyak.
'End' adalah sesuatu yang belum nyata, masih ada dalam benak kita. Tetapi itulah sebuah 'permulaan'. Mulailah dengan gagasan, cita2, kayalan, impian, rekacipta, keinginan kuat, dan sejenis ini dalam benak. Itulah 'awal'. Sesudahnya, tindak lanjuti sampai tuntas.
Menghormati diri
‘Ora kajèn’ (tidak dihargai) – kata2 ini sering terdengar terutama bagi mereka yang masih merayap diawal awal karir. Orang pertama yang tidak menghargai justru dia sendiri karena punya perasaan demikian. Ia merendahkan dirinya karena pangkatnya masih rendah. Atau pekerjaannya tidak sesuai dengan harapan. Ia malu jadi maklar, jadi dagang beras, dll. Ini juga sikap2 yang sangat merusak citra diri. If you can’t respect yourself, or whatever you do, don’t expect people to respect. Jika anda sendiri tidak mampu menghargai diri atau apapun yang anda sedang kerjakan, jangan berharap diajèni orang, dong. Kalau ia sendiri tidak menghargai apa yang dilakukan, bagaimana ia bisa berprestasi ? Mulailah dengan sikap ngajèni diri sendiri. Dengan menghargai apa yang dikerjakannya.
If you wish to achieve worthwhile things in your personal and career life, you must become a worthwhile person in your own self-development. Brian Tracy
Jika anda ingin mencapai sesuatu yang bernilai baik dalam kehidupan pribadi atau karir, anda harus terlebih dahulu menghargai diri sendiri dalam pengembangan diri.
Menjiwai pekerjaan
Idealnya kita mencari pekerjaan yang kita sukai. Faktanya tidak selalu begitu. Kadang pekerjaan ditangan tidak sesuai dengan harapan. Celakanya, syarat awal untuk bisa bekerja dengan baik adalah mencintai pekerjaan anda. Jika anda sudah mencoba dan tetap tidak menyukai pekerjaan anda, tidak ada pilihan lain kecuali quit dan cari pekerjaan lain yang kita ingini : minggat.
Jika ini sulit dilakukan, anda hanya punya satu pilihan. Jiwailah pekerjaan anda. Apapun itu. Menjiwai berarti pekerjaan itu menjadi jiwa anda. Seperti jika kita naik motor, kita akan menyatu dengan motor itu seolah motor itu kepanjangan anggauta badan kita.
Idealnya kita mencari pekerjaan yang kita sukai. Faktanya tidak selalu begitu. Kadang pekerjaan ditangan tidak sesuai dengan harapan. Celakanya, syarat awal untuk bisa bekerja dengan baik adalah mencintai pekerjaan anda. Jika anda sudah mencoba dan tetap tidak menyukai pekerjaan anda, tidak ada pilihan lain kecuali quit dan cari pekerjaan lain yang kita ingini : minggat.
Jika ini sulit dilakukan, anda hanya punya satu pilihan. Jiwailah pekerjaan anda. Apapun itu. Menjiwai berarti pekerjaan itu menjadi jiwa anda. Seperti jika kita naik motor, kita akan menyatu dengan motor itu seolah motor itu kepanjangan anggauta badan kita.
Do what you love, love what you do, and deliver more than you promise. Harvey Mackay Kerjakan apa yang kau sukai, sukai apa yang kau kerjakan, dan laksanakan lebih dari yang diminta.
Sebisa mungkin kita menguasai pekerjaan kita. Mendalami sampai detil2nya. Jika kita menguasai, harga diri dan rasa percaya diri kita akan meningkat pesat. Dua hal itu nantinya akan menyalakan sumber energi kita untuk merangsek maju lebih jauh lagi.
Inisaiatif
Kita menyuruh seseorang mengantar surat dengan sepeda. Karena sepeda bocor, ia kembali kekita dan bilang bahwa sepeda nggembos sehingga surat tidak bisa diantar. Sikap ini adalah sikap yang paling menjengkelkan. Yang penting surat sampai. Naik ojek, kek. Jalan kaki, kek. Berinisiatiflah. Jangan sedikit2 kembali ke boss bilang ini sulit itu susah. Kecuali sudah benar2 mentok.
Tunggu perintah
Lebih jauh lagi, jangan menunggu perintah. Dahuluilah sebelum diminta. Ini akan membebaskan kita dari perasan diperintah atau di-suruh2. Buatlah atasan anda menjadi tidak pernah memerintahkan apa2 karena anda telah mengantisipasikannya terlebih dahulu. Staff yang menjengkelkan adalah mereka yang selalu diingatkan untuk mengerjakan ini dan itu. Itu menunjukkan kurangnya inisiatip atau kemalasan ybs.
Lancang
Berkebalikan dengan staff yang kurang inisiatip, lancang juga sama buruknya. Jangan mengerjakan sesuatu yang bukan wewenang kita. Pandai2lah membatasi diri untuk tidak melancangi kewenangan.
Berbuat lebih
Upayakan untuk senantiasa melebihi target. Jika kita diminta membuat sepuluh misalnya, usahakan membuat 11. Jika kita harus mengerjakan dalam 3 hari, pikirkan bagaimana caranya mengerjakannya dalam 2.5 hari. Sikap ini akan membentuk sikap kerja anda untuk mengerjakan bukan hanya se-baik2nya tetapi, kalau bisa, lebih baik.
Menolak tugas / tanggung jawab
Sering terdengar umpatan, this is not my fuckin job. Faktanya, kita sering harus mengerjakan pekerjaan2 yang bukan urusan kita atau tidak ada dalam job description kita. Dulu saya adalah tukang insinyur dan saya me-ngumpat2 prak prèk ketika harus ngurusi yang bukan urusan gue. Walau mengumpat, saya kerjakan. Apa akibatnya ? Saya jadi tahu perpajakan, hukum perburuhan, perbankan, dll tetek bengek yang not my fuckin job. Itu hak anda untuk menolak tugas. Tetapi itu juga berupa kesempatan. Saran saya, biarpun sambil dóncak dancuk, do it ! Seseorang yang hanya mau mengerjakan sebesar ia digaji, sulit punya pendapatan lebih dari itu
Dalih
Banyak juga orang2 yang bersikap men-cari2 dalih atas kemalasannya, ketidak mampuannya, kesalahan sikapnya, dll.
Sebisa mungkin kita menguasai pekerjaan kita. Mendalami sampai detil2nya. Jika kita menguasai, harga diri dan rasa percaya diri kita akan meningkat pesat. Dua hal itu nantinya akan menyalakan sumber energi kita untuk merangsek maju lebih jauh lagi.
Inisaiatif
Kita menyuruh seseorang mengantar surat dengan sepeda. Karena sepeda bocor, ia kembali kekita dan bilang bahwa sepeda nggembos sehingga surat tidak bisa diantar. Sikap ini adalah sikap yang paling menjengkelkan. Yang penting surat sampai. Naik ojek, kek. Jalan kaki, kek. Berinisiatiflah. Jangan sedikit2 kembali ke boss bilang ini sulit itu susah. Kecuali sudah benar2 mentok.
Tunggu perintah
Lebih jauh lagi, jangan menunggu perintah. Dahuluilah sebelum diminta. Ini akan membebaskan kita dari perasan diperintah atau di-suruh2. Buatlah atasan anda menjadi tidak pernah memerintahkan apa2 karena anda telah mengantisipasikannya terlebih dahulu. Staff yang menjengkelkan adalah mereka yang selalu diingatkan untuk mengerjakan ini dan itu. Itu menunjukkan kurangnya inisiatip atau kemalasan ybs.
Lancang
Berkebalikan dengan staff yang kurang inisiatip, lancang juga sama buruknya. Jangan mengerjakan sesuatu yang bukan wewenang kita. Pandai2lah membatasi diri untuk tidak melancangi kewenangan.
Berbuat lebih
Upayakan untuk senantiasa melebihi target. Jika kita diminta membuat sepuluh misalnya, usahakan membuat 11. Jika kita harus mengerjakan dalam 3 hari, pikirkan bagaimana caranya mengerjakannya dalam 2.5 hari. Sikap ini akan membentuk sikap kerja anda untuk mengerjakan bukan hanya se-baik2nya tetapi, kalau bisa, lebih baik.
Menolak tugas / tanggung jawab
Sering terdengar umpatan, this is not my fuckin job. Faktanya, kita sering harus mengerjakan pekerjaan2 yang bukan urusan kita atau tidak ada dalam job description kita. Dulu saya adalah tukang insinyur dan saya me-ngumpat2 prak prèk ketika harus ngurusi yang bukan urusan gue. Walau mengumpat, saya kerjakan. Apa akibatnya ? Saya jadi tahu perpajakan, hukum perburuhan, perbankan, dll tetek bengek yang not my fuckin job. Itu hak anda untuk menolak tugas. Tetapi itu juga berupa kesempatan. Saran saya, biarpun sambil dóncak dancuk, do it ! Seseorang yang hanya mau mengerjakan sebesar ia digaji, sulit punya pendapatan lebih dari itu
Dalih
Banyak juga orang2 yang bersikap men-cari2 dalih atas kemalasannya, ketidak mampuannya, kesalahan sikapnya, dll.
The best job goes to the person who can get it done without coming back with excuses. Napoleon Hill. Pekerjaan2 terbaik jatuh ketangan orang2 yang mengerjakannya tanpa dalih.
Never complain, never explain. Resist the temptation to defend yourself or make excuses. Brian Tracy Jangan pernah berkeluh kesah, jangan banyak kilah2. Tahan godaan bersikap defensif atau berdalih.
Ninety-nine percent of all failures come from people who have the habit of making excuses. George Washington Carver . 99% kegagalan berasal dari orang2 yang punya kebiasaan berdalih ria.
Kambing hitam
Juga orang2 yang selalu men-cari2 kambing hitam. Entah ekonomi jeblok, entah ada teror, entah sedang ‘mendapat cobaan Tuhan’, dll. Kalau mau cari kambing hitam banyak. Silahkan, tinggal pilih. Silahken
Sikap Positip
Semua orang sudah mengerti istilah ini. Hanya masalah pelaksanaan.
Kambing hitam
Juga orang2 yang selalu men-cari2 kambing hitam. Entah ekonomi jeblok, entah ada teror, entah sedang ‘mendapat cobaan Tuhan’, dll. Kalau mau cari kambing hitam banyak. Silahkan, tinggal pilih. Silahken
Sikap Positip
Semua orang sudah mengerti istilah ini. Hanya masalah pelaksanaan.
Lanjutken ke 5. Menyikapi Sikap
3 komentar:
Tak Menunggu perintah, sulitnya ada boss yang memang tidak suka jika tidak memberikan perintah. Praktek di Indonesia (tak hanya di Jawa) menunjukan adanya sikap feodal yang kuat. Jika kita masuk dalam lingkungan seperti tersebut pada hemat saya lebih baik kita "menyesuaikan" diri dengan meninggalkan situasi yang tidak diingankan rersebut (jika kita dapat menyesuaikan, sulitnya - dalam masalah budaya ini- kita kerap paling / tidak sadar, jika ternyata kita ternyata "gemar" dengan budaya semacam itu.
Kita berharap pola budaya senacan ini dapat di-dekon struksi, namun obyektif sadar hal tersebut masih sulit.
Pada hemat saya hendaknya kita tidak terbawa budaya tersebut. konkritnya: giliran jadi boss malah bertindak seperti itu, sudah bagus karena sedikit banyak kontuinitas budaya semacam itu akan berjalan lambat dan surut.
Bung Kirboto pertanyaannya barangkali hanya dimana Bung sudah menyinggung sikap kerja bagaimana jika dijumpai hal seperti itu, atau mungkin belum disatukan kompehensif didalam bahasan sikap kerja yang saya buka ini?!!
> Tak Menunggu perintah, sulitnya ada boss yang memang tidak suka jika tidak memberikan perintah. Praktek di Indonesia (tak hanya di Jawa) menunjukan adanya sikap feodal yang kuat.
# Itu juga kelaziman secara merata diseluruh dunia. Sangat tergantung pribadi boss. Ada yang autokratif, partispiatif, demokratis, dll.
> Jika kita masuk dalam lingkungan seperti tersebut pada hemat saya lebih baik kita "menyesuaikan" diri dengan meninggalkan situasi yang tidak diingankan rersebut (jika kita dapat menyesuaikan,
# Yhak, kita akan condong ke do things right jika melakuken do right tings dianggep lancang oleh boss yang otoriter.
> sulitnya - dalam masalah budaya ini- kita kerap paling / tidak sadar, jika ternyata kita ternyata "gemar" dengan budaya semacam itu.
# Yhak, banyak yang terjebak kesini. Jadinya, takut berinisiatip.
> Kita berharap pola budaya senacan ini dapat di-dekon struksi, namun obyektif sadar hal tersebut masih sulit.
# Ini bukan sekadar budaya tetapi masuk juga kekawasan psikologis. Ada style2 leaderrship yang bercorak autoriterian. Ini tidak untuk bilang bahwa otoriter buruk. Harus pas dengan tingkat kematangan organisasi.
> Pada hemat saya hendaknya kita tidak terbawa budaya tersebut. konkritnya: giliran jadi boss malah bertindak seperti itu, sudah bagus karena sedikit banyak kontuinitas budaya semacam itu akan berjalan lambat dan surut.
# Terkadang boss seperti itu diperluken. Silahken ketik di gugel : Situational leadership. Terutama manajemen2 tingkat madya, pada industri2 manufaktur yang ketat sop-nya. Atau kawasan dengan sekuritas ketat. Justru orang2 yang terlalu kreatif/inisiatif mbalah ‘mengganggu’
> Bung Kirboto pertanyaannya barangkali hanya dimana Bung sudah menyinggung sikap kerja bagaimana jika dijumpai hal seperti itu, atau mungkin belum disatukan kompehensif didalam bahasan sikap kerja yang saya buka ini?!!
# Itu sudah masuk kepartikular. Saya hanya menyajiken level stadium general. Pembaca diharapken untuk mengembangken sendiri landasan2 sederhana itu. Agar bisa disesuaiken dengan partikularitas2 setempat. Jika mau komprehensif, tulisan mbalah jadi ruwet, kurang motivating dan inspiratif.
Akibat level stadium general, sudah barang tentu partikularitas2 kurang tercakup.
Tengkyu partisipasinya.
Gara-gara tulisan tentang Gede Parma, aku jadi bisa mbaca tulisan ini.
Matur tengkyu ki...
Salam
Post a Comment