4. Menyikapi Intuisi


1. Intuisi harus dibuktikan secara logis.
Yang terjadi adalah banyaknya artikel tentang intuisi yang sifatnya mistis dan mbèl gèdès. Ada yang menyarankan yoga, bertapa, dll, yang berbau klenik yang tak jelas juntrungnya. Akibatnya citra intuisi jadi jelek. Banyak yang tidak mempercayai sehingga mereka antipati, apriori, dan skeptis terhadap itu. Akibatnya intuisi kurang diindahkan. Pengabaian intuisi menyebabkan intuisi tidak berkembang, jadi kerdil atau tumpul.

Teoretis semua orang memiliki intuisi. Contoh yang jelas adalah reflex. Jika kita ketemu macan misalnya, secara naluriah kita akan lari. Bukan otak yang memerintahkan, intuisi. Jika kita kesetrum, pasti bereaksi. Intuisi2 non fisiologis tidak sejelas itu. Tetapi karena tidak digubris, intuisi bekerja tanpa disadari ybs, atau jadi bonsai.

2. Memilah intuisi
Menandai itu intuisi, awur2an, harapan, prakeyakinan, kayalan, mimpi, emosi, berjuta rasa, wishfull thingking, dll, tidak selalu mudah. Berbagai hal melintas kebenak kita dan jika tak cermat kita bisa keliru mengikuti yang bukan intuisi.

3. Intuisi bisa keliru.
Seperti akal dan pancaindra yang bisa keliru. Kadang kita masuk kekomplex perumahan dan ter-sesat2 tidak bisa keluar atau muter2 disitu terus. Ini menunjukkan bahwa indra dan akal kita bisa keliru. Kadang kita menegur seorang kawan ternyata keliru, itu orang lain. Tanpa kalkulator hitung 23846 x 123 : 34789 + 6534 dalam 30 detik. Pasti banyak yang keliru. Di kuis2 banyak pertanyaan sederhana2 tak terjawab bagi mereka yang bahkan tergolong pandai2. Jika kita bisa toleran bahwa akal dan pancaindra sering keliru, mustinya kita juga bisa berlapang hati menerima keterbatasan intuisi. Karena beberapa kali keliru, beberapa orang menepis intuisinya sehingga intuisinya tak pernah berkembang dengan sehat.

Seseorang ikut kursus mbèl gèdès tentang intuisi dan yaqin bahwa intuisinya benar. Ia sangat ingin jadi playboyo. Suatu hari ia ketemu seorang cewek dan mak pencolot orang itu tiba2 yaqin bahwa cewek ini bisa dikeloni. Tanpa tedeng aling2 ia to the point dengan yaqinnya : “kamu aku keloni mau ngga ?”. Plak ! Pria itu ditapuki (ditampar) mukanya. Begitulah, intuisi bisa MEMBAHAYAKAN kita karena sifatnya yang bisa keliru.
Karena terlalu yakin pada intuisi, kita mempertaruhkan se-gala2nya dan ini bisa menyeret kita sekeluarga dalam petaka.

Sebuah penelitian memperagakan beberapa responden melakukan tebakan hurup2 yang dipegang penguji dibalik tembok. Demikian dilakukan ber-ulang2 dan hasilnya dievaluasi. Ternyata hasilnya mengecewakan. Nyaris semua responden hanya untung2an dan kebanyakan keliru. Sangat sedikit yang scorenya tinggi, saya lupa angkanya mungkin kurang dari 1%. Yang sedikit ini diuji terus dan hasilnya tidak stabil. Dalam satu bulan misalnya score 40% benar, lain hari 50%, bisa 90%, tetapi bisa payah hanya 10%. Hingga hari ini intuisi masih merupakan misteri bagi ilmu pengetahuan.

Jadi bagaimana ? Sebaiknya kita tidak memperlakukan intuisi secara berlebihan dan pada saat yang bersamaan tak bijak kita mengabaikan intuisi. Ada banyak teori yang menjelaskan mekanisme intuisi semisal deret Gemblong tadi. Ada pula teori Sigmund Freud tentang alam bawah sadar yang akan kita bicarakan nanti. Dalam kerancuan pengetahuan intuisi yang serba tak jelas ini saya tak hetidak memperumit masalah dengan berbagai teori yang mbalah bikin mumet. Yang praktis saja, bagaimana mengexploitasi intuisi untuk kepentingan kita, memahami sifat2nya, mengerti kelemahan2 & kekuatannya.

Dalam keseharian hetidaknya kita bertumpu pada piranti konvensional yaitu akal dan panca indra. Yang bermakna pada informasi / data dan proses (analisa, sistim, dll) untuk membuat keputusan2. Sepanjang itu ada dan lengkap, gunakan itu. Barulah jika kita bersua dengan informasi yang tak genap atau proses yang tak memadai, kita gunakan senjata pamungkas. Sebab jika data dan proses tak lengkap, satu2nya yang kita miliki hanya itu : aji pengawuran. Jika sikit2 kita pakai intuisi, namanya bukan lagi intuisi. Itu mah, ngawur !

Ada dua metode yang akan kita kupas.
1. Metode BJ : fokus-praktek-kalibrasi
2. Metode George W. Ladd (under construction)

Lanjutken ke 5. Kalibrasi

0 komentar:

 

Xibroto Files

Friends

About Us

Xibroto Files Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh