Agar tidak menghabiskan pulsa, seterusnya Leader(ship) saya tulis L, Entrepreneur(ship) E dan Manajer/managerialship dengan M
Kemarin kita telah simpulkan dan kumpulkan sifat2 dasar M :
- Mampu memimimpin
- Pintar dalam arti memiliki ability yang dibutuhkan.
Kesamaan M & E : ke-dua2nya dalam posisi memimpin.
Beda M & E
- E
memulai dan mengawali, M meneruskan & menyelesaikan. - E memikul resiko, M tidak.
- E memanfatkan. Mengexploitasi, menggalang, dll suday. M melaksanakan.
- M mencari gaji, kedudukan, fasilitas, dll. E mencari laba.
- Umumnya E tidak begitu ambil pusing dengan pangkat & kedudukan. Sesuatu yang penting
bagi M.
Saya yaqin, kebanyakan dari pembaca memiliki persyaratan kedua : Pintar, walau mungkin tidak mudah. Yang sering gagal adalah dalam hal kepemimpinan. Seorang yang mungkin sukses ketika bekerja sendirian atau dengan sedikit orang, tiba2 kedodoran ketika harus memimpin ratusan orang. Atau, dia menerapkan gaya kepemimpinan yang keliru. Ada organisasi yang harusnya dipimpin dengan cara otoriter, mbalah dipimpin dengan gaya demokratis. Kacau. Kepemimpinan adalah ‘seni’ yang sulit sekali diteorikan. Tidak berarti tidak bisa dipelajari. Bisa. Kita harus nyontek kanan kiri, trial & eror, serta berinteraksi sebanyak mungkin dengan kepemimpinan. Dari pada awur2an, tidak ada salahnya kita mempelajari L. Sementara, kita tangguhkan dulu bab kepemimpinan. Kita masih menginventarisasi sikap2 & sifat2 lain yang diperlukan seorang M.
Untuk lebih memahami peran M, sekaligus E, simaklah kasus sbb.
Gemblong kulak (membeli) kompor2 dari produsen dan untuk menjualnya diemperan Malioboro demi mengejar laba. Gemblong berhasil membujuk produsen untuk membayar belakangan. Ia mendapatkan pinjaman modal dari pakdenya. Ia berhasil pula mendapatkan kapling dari preman Malioboro untuk menjajakan dagangannya. Karena malam hari Gemblong jualan Gudeg, ia merekrut Temu untuk melaksanakan penjualan.
Gemblong sedang melakukan tindakan2 enterpreneural. Ia memanfaatkan pakdenya, ia memanfaatkan produsen, ia nego dengan preman, ia memanfaatkan Temu yang sedang nganggur. Ia menghimpun suday2 dan memulai. Ia menghadapi resiko, ketidak pastian dan ketidak jelasan dengan imbalan laba. Dengan informasi yang se-penggal2, kabur, dan serba meragukan ia melakukan ‘entrepreneural judgment’. Sementara, kita tinggalkan dulu entrepreneural judgment, senjata pamungkas E, agar kita focus ke Managerialship.
Sebaliknya, Temu melakukan tindakan2 manajerial. Ia mendapatkan kepastian. Penghasilanya pasti, tugas2nya pasti, tempat kerja, target, dll serba lebih pasti. Ia melakukan fungsi2 manajemen seperti memastikan kualitas kompor, memastikan terjual sesuai dengan harga & jumlah yang ditetapkan, memastikan pelayanan purna jual. Memastikan administrasi, memastikan tagihan & cicilan utang, pengiriman, dll, dll. Serba memastikan. Dampaknya, adalah keteraturan & kesinambungan. Pada organisasi2 yang besar & komplex, makin tinggi posisi M, makin besar ketidak pastian yang dihadapi M. Situasinya mendekati E.
Kesimpulan :
E senantiasa berhadapan dengan resiko & ketidak pastian demi laba. M sebaliknya, melakukan tindakan2 memastikan demi kepastian gaji. E merintis, M membuat berjalan berkesinambungan dan teratur.
M dituntut untuk memastikan, teratur dan berkesinambungan. Dan ini melahirkan definisi sederhana manajemen. Manajemen adalah mengelola suday yang disediakan dan dirintis E. Melalui perencanaan, pengendalian, implementasi, dan eksekusi. Makanya ada yang memberi titiel Eksekutip pada jajaran manajemen.
Ini menjelaskan misteri mengapa seseorang yang diatas kertas biasa2 saja bisa merayap ketangga atas M. Karena ia memiliki sifat2 atau menyukai kepastian, keteraturan, dan kesinambungan. Ia bak bebek kecemplung kolam, pas. Dalam konotasi negatip, itu tadi adalah rutinitas yang membosankan. Pengulangan2 yang menjemukan. Monotoni yang njelèhi.
Seseorang bisa saja tersungkur dimanajemen bukan karena ia kurang mampu atau malas tetapi ia tidak tahan dengan monotoni rutinitas. Adrenalinnya padam, kreativitasnya terpasung, motivasinya jadi memble, dll. Akibatnya ia mengerjakan yang bukan2 dan menelantarkan tugas pokoknya. Ujung2nya gajinya macet karena prestasinya buruk. Jangan tergesa2 menyalahkan diri. Tetapi, juga jangan serampangan menggunakan ini sebagai dalih untuk membenarkan kemacetan karirnya. Mawas dirilah dengan saksama. Bagaimana jika seseorang terjebak dalam situasi ini ? Baca lagi artikel trilogi Sikap Kerja. Disitu banyak sekali bertaburan kiat2 menghadapi situasi yang tidak pas.
Sama saja, seseorang yang mendamba kan kepastian, kesinambungan, dan keteraturan akan merasa resah jika bersua dengan ketidak pastian dan gamang jika harus bertatap muka dengan resiko. Fungsi2 E atau manajer puncak bukan untuk jenis ini.
Artikel ini pas untuk pribadi2 yang merasa nyaman dengan kepastian, kesinambungan, dan keteraturan. Mereka potensial merayap kejenjang manajemen. Tetapi ini belum cukup, ada yang lain lagi pada sesi2 yad.
0 komentar:
Post a Comment